Rabu, 25 Juni 2008

Indonesian Idle@fanaticanz

Novel keren, enak banget dibacanya. Alur cerita yang mengalir sangat ringkas tapi dalem. Perjuangan perempuan berijasah S1 dalam dunia kerja. Dari seorang kutu loncat, yang bosenan dari tempat kerja ke tempat kerja lain. Sampe akhirnya kena karma: dipecat untuk pertama kali dalam hidupnya. Terus harus jadi operator warnet yang kebagian shift begadang bonus bos yang mesum. Bayangin aja, biasa kerja kantoran yang nyaman, sampe harus jadi operator billing warnet yang kebagian shift malem masih dilakoninya juga!! Belum lagi soal pesahabatan dan percintaan ditengah pergelutannya dalam dunia kerja. Bener-bener renyah, dan sangat menghibur. Gua belajar banyak dari tokoh utamanya, Diandra.

Untungnya, Diandra punya sisi kreatifitas yang mumpuni, jadi ga susah-susah amat dia cari kerja. Bahkan Diandra sempet-sempetnya nanya siapa yang bilang ari kerja susah? Gw jawab: Mereka yang bertanya kaya gitu adalah mereka yang punya ijasah tapi ga punya sisi kreatif. Sampe-sampe akhirnya harus ngemis kerja sana sini apa aja walaupun tidak sebidang dengan yang dipelajari sambil terus menengadahkan ijasah yang dimilikinya. Kesimpulannya, ijasah memang mendukung seseorang untuk mendapatkan perkerjan, tapi ijasah hanyalah penanda bahwa seseorang telah menempuh jalur pendidikan tertentu. Salah bila hanya mengandalkan itu, pengusaaan bidang lah yang terpenting dan kreatifitas juga harus ada. Sayangnya, ijasah masih dianggap sesuatu yang sangat sangat amat sakral di dunia kerja sekarang ini.

Diandra sangat garang menantang hari depannya, sangat santai dan imajinatif. Wajar aja, dengan banyak bekal dan senjata akademis maupun non-akademis dia berani menyombongkan dirinya dalam hal kerja. Kerasa kepala tapi bertanggungjawab dengan apa yang sudah dilakukannya atau diputuskannya. Perempuan hebat. Dalam keseharian pun dia sangat tegas. Bukan dia anti sosial, tapi Diandra merasa biasa aja kalaupun di satu titik dia merasa tidak diacuhkan. Bener bener do it your self. Jadi ga ada tekanan batin yang kadang emang ngeselin.

Metode Diandra dalam hal kreatifitas pun gua salutin. Kreatifitas seorang anak tidak boleh dibatasi atas dasar apapun. Diandra membiarkan anak didik nya (diandar kadang ngelesin anak-anak ngelukis) menggambar matahari warna pink, biru atau oranye. Sekalipun nantinya sang anak akan menggambar matahari sesuai dengan warnanya, tu hasil dari proses belajar si anak. Soalnya imajiasi anak-anak menurut Diandra sangat tinggi dan jujur. Kalo dibatasi bahkan sampe dipaksa, anak tersebut cenderung akan menjadi sebal terhadap apa yang disukanya bila sudah ada unsur pemaksaan. Makanya dia keukeuh dengan metoda pengajaran seperti itu walaupun beberapa orangtua murid ada yang mengeluhkannya. Karakter yang hebat.

Penulisnya sih yang punya blog sepatumerah, tapi gua belum pernah mampir kesana. Mungkin setelah ini gua bakalan aktif nyambangin itu blog ;-). Udah ah, cape gua nulis mulu. Indonesian Idle bagus banget, baca deh, ga akan nyesel!

diambil dari : http://fanaticanz.wordpress.com/2008/06/14/indonesian-idle-byokke-sepatumerah/

Tidak ada komentar: