Jumat, 29 Februari 2008

Istoria da Paz @ Ani's Blog

Ini adalah novel Okke “sepatumerah” pertama yang kubaca, cetakan pertama di tahun 2008 dan bertebal 208 halaman. Menceritakan kehidupan seorang Damai Priscillia, seorang editor dari sebuah perusahaan penerbitan. Kehidupan Damai baik-baik saja sampai dia menemukan bahwa teman hidup bersamanya, si Jambrong yang selama ini menderita gamophobia (fobia pada pernikahan) telah berselingkuh dengan Arimbi, seseorang yang sedang menyusun novel di mana Damai yang menjadi editornya. Dunia sungguh sempit ternyata.

Okke menggambarkan betapa sakitnya hati perempuan yang dikhianati dengan kata-kata dan kiasan yang pas. Damai merasakan kepedihan yang luar biasa dalam, kesepian menjadi benda yang berduri tajam, menyakiti hati, jiwa dan tubuh. Bagaimanapun toh hidup harus terus berlanjut. Dalam keadaan demikian Damai mendapat tugas dari perusahaan tempat dia bekerja untuk melakukan sebuah perjalanan tugas riset untuk membukukan kisah tentang Sekolah Damai, sebuah sekolah camp pengungsi Timor Leste (kebetulan kok namanya sama ya dengan tokoh di novel ini) milik Dionysius Alexander yang terletak sekitar 1 jam perjalanan dari Kupang.

Dionysius Alexander adalah seorang lulusan Universitas Negeri Indonesia yang lebih memilih untuk meninggalkan kota besar untuk berada di tengah-tengah anak-anak pasca- konflik dan memikirkan pendidikan mereka.

Dalam perjalanan liputannya inilah, Damai dan kita sebagai pembaca diajak untuk melihat sisi bumi yang lain, yang sangat berbeda dengan yang kita lihat sehari-hari. Bumi yang masih jauh dari modernisasi. Rumah-rumah di sana menyerupai gubuk beratap daun lontar dan berdinding bebak (potongan pelepah batang lontar).

Jangan pernah bayangkan bahwa sekolah mereka memiliki gedung. Tidak. Sekolah mereka beratap langit, berlantai rumput dan berdinding angin sepoi atau angin kencang. Tidak ada bangku dan meja. Mereka terbiasa menjalankan aktivitas di sebuah lapangan rumput yang sangat luas. Anak-anak duduk membentuk lingkaran dan guru duduk di tengah-tengah untuk memberikan pelajaran, membantu mengerjakan pe-er ataupun mendongeng. Di situlah mereka belajar tentang nilai-nilai kebersamaan dan saling menghargai.
Setiap hari Damai selalu mengikuti kegiatan yang dilakukan Dion sehingga diapun juga mulai mengenal warga di sana satu persatu. Setiap keluarga memiliki cerita yang berbeda dari kejadian yang sama. Mereka adalah orang-orang yang tegar. Bayangkan apabila kita terpaksa meninggalkan lingkungan kita yang nyaman dengan hanya membawa baju, uang serta peralatan rumah tangga seadanya? Lalu dipaksa untuk tinggal di tempat yang kondisinya sungguh buruk. Bayangkan pula, apa rasanya kalau keluarga kita tercerai berai dan sampai sekarang kita masih mencari anggota keluarga yang entah tak tahu di mana rimbanya.

Dalam kesibukannya, sesekali Damai teringat pada Jambrong, tapi dia berusaha keras untuk menghapus bayangan Jambrong walau sesekali masih merindukannya.Bersama Dion dan anak-anak pengungsi setiap hari membuat Damai banyak belajar tentang kehidupan, tentang kebahagiaan. Seperti kata Dion, bahagia itu tidak perlu dicari, karena dia memang telah ada, di depan mata kita sendiri. Bisa saja hanya dengan mengubah sudut pandang kehidupan, bahagia yang tadinya tidak kelihatan, jadi terlihat jelas. Dan kunci kebahagiaan adalah hati yang bersyukur. Kalau kita bersyukur dengan apa yang kita punya, maka bahagia akan menyusul.Tiba saatnya Damai harus kembali ke Jakarta. Ketika beberapa bulan kemudian buku yang berjudul Sekolah Damai: Asa Bagi Anak-anak Pengungsi di launch, Dion berkesempatan ke Jakarta dan bertemu kembali dengan Damai.Ternyata banyak sekali orang yang peduli dengan sekolah Damai dan Dion mendapatkan beasiswa untuk sekolah keluar negeri demi mempelajari masalah social work.

Sementara itu Damai mengikuti kata hatinya, melepas Jambrong dari hatinya, resign dari perusahaan penerbitan dan kembali ke Kupang, mengajar anak-anak pengungsi menggantikan Dion.

Yach, perjalanannya ke Kupang dahulu telah mengubah sudut pandangnya tentang kehidupan dan tempat itu telah mencuri hatinya.

sumber: http://anied.blogspot.com/2008/02/istoria-da-paz-perempuan-dalam.html

Minggu, 10 Februari 2008

Istoria da Paz @ Issana’s Blogdrive

Istoria Da Paz, Perempuan dalam Perjalanan tulisannya Okke "SepatuMerah". Kalo dari cara nulis sih aku emang suka baca blognya SepatuMerah, jadi otomatis suka juga sama novelnya. Kovernya sangat eye-catchy, kuning gitu loh… Dibelakang buku Istoria Da Paz ini, ada quote penting dari tokoh-tokoh dalam bukunya. Pertama pas beli, biasa de liat2 belakangnya dulu… kirain praise untuk buku ato penulisnya, ternyata bukan.

Ceritanya sederhana, tipikal aktivitas orang sehari-hari gitu.. dimulai dari Arimbi di hari Minggu, kejutan tidak menyenangkan, sekolah damai, hati yang berantakan, menata hati, perjalanan ke timur, selamat pagi bu guru bunga, tentang kehilangan, belajar memaafkan… sampai pada kesimpulannya HIDUP ITU ANEH. Betapa hal-hal kecil selalu bisa jadi pelajaran buat kita, dan hal-hal yang kita anggap besar sebenernya belom tentu berarti apa-apa. Apalagi kalo ngomongin patah hati yaaa… kayaknya kita uda berasa jadi orang paling menderita sedunia. Padahal kalo dibandingin kesedihan orang-orang yang kehilangan orang tua gara-gara bencana alam misalnya, patah hati relatif jauh lebih ringan de. Okke SepatuMerah tau banget caranya menyiratkan pesan ini di bukunya…

Uhmm… kalo dijadiin film, I wonder de siapa yang bakalan jadi Dion-nya. Yummy, hahaha…

sumber: http://benvenuti.blogdrive.com/

Istoria da Paz @ Monique’s Multiply

Interesting book, i think.

Adalah seorang Damai-wanita dengan profesi editor yang memutuskan keluar dari rumah ayahnya, karena merasa tidak diperhatikan dan tinggal bersama dengan kekasihnya. kehidupan Damai berjalan sangat membahagiakan sampai suatu hari dia mendapatkan kenyataan bahwa pasangannya berselingkuh ! dengan seseorang yang bisa dikatakan partner kerja sekaligus merupakan sosok sangat dibencinya. Oh, how ironic......

Tepat pada saat itu, Damai mendapatkan tugas ke Kupang utk bbrp waktu lamanya. Disana Damai 'dipertemukan' dengan seseorang dan sesuatu hal yang menurut gue adalah panggilan jiwanya....

Overall, lagi-lagi gue mengakui, gue cinta banget sama goresan tangan Okke 'sepatu merah' sang penulis...cara berceritanya tersusun rapih dengan alur yang jelas. Ada banyak pesan yang bisa kita tangkap selama membaca. Hebatnya tidak ada kesan menggurui disana. Hal serupa gue rasain ketika membaca novel solo perdananya Indonesian Idle...

Selamat membaca !!!

sumber: http://moniquemeylie.multiply.com/photos/album/12/Book_review

Sabtu, 09 Februari 2008

Istoria da Paz @ Duniamaya's Multiply

kecil, ringan, tapi 'padat' ... judulnya yang tidak biasa membuat aku tertarik mengambil dan menelurusi kalimat demi kalimat di sampul belakang.

aha ... ada 'kesamaan' denganku... kata awalnya * coba tebak hehehe *, nama tokohnya : damai * sama kan dengan namaku juga, damay :) * & inti cerita : kisah perempuan yang mengalami perjalanan mengubah sudut pandangnya tentang kehidupan.

Damai Priscilla mengikuti kata hatinya, merubah hidup dari keterpurukan menjadi semangat baru setelah 'menemukan ketentraman' selama proses tugasnya di Kupang, mengikuti keseharian Sekolah Damai dimana ada anak-anak pengungsi Timor Leste yang berada di camp pengungsian Timor Barat dan Dion, guru sekolah tersebut. kisah Sekolah Damai ia bukukan, sembari ia belajar tentang hidup, tentang kehilangan ... tentang memaafkan ... tentang saling menolong dan melengkapi... tentang merelakan... dan tentang kedamaian hati .. :)

" jalan hidup manusia itu seperti garis, walaupun tidak lurus. suatu saat mungkin terjadi persilangan, perpotongan atau persentuhan antara garis jalan hidup masing-masing "
" bahwa mengasihi bukan berarti melakukan apa yang dipikir baik oleh diri sendiri, tetapi melakukan apa yang terbaik buat orang yang dikasihi "-- 2 kalimat dari Dionysius Alexander, sang pekerja sosial --akhir kata : keren & menyentuhku ... ^_^

sumber: http://duniamaya.multiply.com/reviews/item/8